Jumat, 13 Februari 2015

F1 Indonesia, Sirkuit Mana Sajakah Kandidatnya?



F1 dikenal sebagai puncak motorsport dunia, Menjadi tuan rumah F1 merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Hampir seluruh Negara besar dunia berlomba-lomba untuk mengikut-sertakan dirinya sebagai salah satu penyelenggara F1.





Kita tentu sudah mengenal RRC , AS, India dan Brazil yang merupakan contoh negara besar yang sudah dikunjungi F1. Negara besar lain yang belum memiliki kesempatan menghelat F1 hanya tersisa Russia dan Indonesia. Russia sendiri sudah melalui tahap penjajakan oleh Bernie Ecclestone.








Penduduk suatu Negara tidaklah harus dikumpulkan dahulu jumlah kuota minimal pencita F1nya berapa untuk menghadirkan F1. Seperti yang kita ketahui bersama, penggemar F1 di Indonesia tidaklah besar, namun tentu saja jauh lebih besar dibanding penggemar F1 seperti di Singapore atau Bahrain misalnya. Mereka sebagai negeri yang beratmosfer “hampa” saja dengan sukses bisa menggelar F1, kita harusnya lebih baik lagi.



F1 sendiri sejatinya bukanlah murni event olah raga, F1 adalah show bisnis, ini adalah sebuah pesta. Murni hanyalah ajang menghambur-hamburkan uang. Tua muda, besar kecil, penggemar non penggemar fanatik semua akan ikut larut dalam pesta akhir pekan F1.



Untuk menghelat even Internasional sekelas F1 tidaklah mudah, namun tidak juga terlalu sulit. Bernie Ecclestone – CEO Formula 1- pasti sudah mengetahui jika Indonesia adalah potensi pasar yang besar, namun dia sendiri tidak memiliki nafsu yang terlalu besar singgah ke Indonesia selama tidak ada pihak yang bervisi maksimal memperkenalkan potensi kita. Padahal potensi kita sungguhlah besar.


Sebenarnya kita tinggal mengumpulkan greget dan semangat upaya bersama agar F1 benar benar mengunjungi Indonesia.


Berikut syarat syarat menggelar F1.

1. Keamanan


2. Adanya Circuit dengan kualitas infrastruktur , fasilitas penunjang dan safety Grade A FIA


3. Mampu membayar kontrak yang ditawarkan Bernie (Bos Formula One)



Berapa sih besar biayanya?



Sebagai gambarannya, mari kita lihat contoh kasus untuk negara tetangga kita, Australia misalnya. Untuk mendatangkan sirkus F1 ke Albert Park, ternyata pemerintah Kota Melbourne harus membayar tiket sebesar USD 30 juta / tahun ke Bernie, bos F1 [1] — (setara Rp 330M dengan kurs 11000 per 1 Dollar).



Apakah untuk sebuah event internasional harga ini mahal? Tentu saja tidak mahal. Penjualan tiket saja untuk paket 3 hari jumat-sabtu-minggu paling murah 1,5 juta. Jika kita asumsikan 200.000 tiket sold out maka sudah BEP, padahal kapasitas maksimal sirkuit masih bisa didorong hingga 250-300 ribu orang. Sementara pendapatan dari sponsor belum dihitung. Bisnis ini benar benar akan menguntungkan.




Jadi, tidak serumit yang kita bayangkan sebelumnya bukan?





===



Di mana sajakah sirkuit sirkuit di Indonesia yang cocok untuk menggelar F1?


Pada dasarnya setiap jengkal tanah di Indonesia sangatlah cocok diciptakan sebagai sirkuit.Namun dalam hal ini kita harus mengeliminir daftar calon sirkuit menjadi 6 kandidat yang paling berpotensi.



— 1. Lippo Karawaci, Tangerang



Tadinya lippo Karawaci dijadwalkan akan menghelat A1GP pada tahun 2008. Apa daya kontraktor tidak mampu memenuhi deadline pembangunan, dan Iya ! diputuskan bahwa A1 GP Lippo Karawaci diundur pada tahun 2009.


namun ternyata sejarah berkata lain, 2009 yang sedianya Lippo Karawaci siap menyelenggarakan, event A1GPnya sendiri yang bangkrut dan tutup buku. Dan sirkuitnya sudah terlanjur jadi. MIRIS memang, tapi apa boleh buat?


Keadaan hari ini, sirkuit yang setengahnya jalanan umum ini sudah terbangun dan tentu saja ready. Lippo Karawaci hanya akan melakukan touch up minor kurang dari 1 bulan jika memang sudah deal untuk digelar F1 – hanya sekedar pengaspalan ulang dan pembersihan semak belukar.



Dari segi teknikal dan karakteristis fisik, Lippo Karawaci Street Circuit sendiri merupakan sirkuit cepat dan hanya direkomendasikan untuk ajang balap mobil. Dengan ½ lintasananya yang melewati jalan biasa dan melewati kompleks bangunan Mall Lippo serta UPH di kiri kanannya, tentu saja sangat tidak direkomenddasikan balapan motor di sini. Lippo karawaci tidak menyediakan gravel bed dan safety yang aman untuk balapan motor.

















— 2. Mandalika Circuit, Lombok




Mandalika terletak di kawasan sekitar Pantai Kuta Lombok, sedianya merupakan proyek prestisius untuk memperlebar sayap Resort Internasional baru berkonsep Bali. Belum ada data pasti kapan proyek ini akan terselesaikan namun sudah ada gambaran kasar pada poster ilustrasinya bahwa beberapa trek dalam kawasan Resort akan dimultifungsikan sebagai sirkuit.




Sebagai gambaran dasarnya konsep Mandalika ini akan mirip dengan proyek Yeongam Korea Selatan. Dari segi teknis sirkuit lagi-lagi sirkuit dengan tipe street track semacam ini hanya cocok untuk balapan mobil. Dan tidak direkomendassikan untuk balapan motor.




— 3. Sentul, Bogor


SIrkuit tertua di Indonesia ini tentu sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Sentul memiliki karakter sirkuit cepat, dan karena dekat dengan Bogor tentu saja Sentul memiliki probibilitas diguyur hujan saat race lebih besar dibanding sirkuit lain. Di situlah menariknya. Hujan adalah hal yang kadang dibenci beberapa pembalap, namun dicintai penonton. Dengan hujan balapan akan berjalan lebih seru.



Sentul sendiri cocok dipakai tidak hanya untuk Balap mobil namun juga balap motor. Dengan renovasi besar besaran agar sirkuit ini terlihat lebih modern. Diaspal ulang – ditambahkan gravel bed dengan material yang baru serta penambahan tribun dan fasilitas penunjang besar besaran Sentul akan bertransformasi menjadi sirkuit yang disukai Penonton dan Pembalap.



Karakter Sentul sesungguhnya lebih mirip Monza, seluruh tikungan merupakan tikungan cepat. Event besar yang pernah digelar di Sentul tentu saja A1GP 2005-2007 Serta Moto GP 1996-1997, di mana saat itu Valentino Rossi menjadi pemenang di kelas 125cc.


Dari segi kondisi cuaca, Sentul lebih mirip Spa yang dalam sejarah balapannya hujan sering menjadi faktor pendukung agar balapan semakin seru. Jadi inilah sirkuit perpaduan Monza dan Spa yang sudah lama kita miliki sejak beberapa dekade yang lampau.





















4. Serangan International Circuit, Bali


Terletak di Pulau Serangan, Bali, Pulau ini masih menyisakan lahan kosong yang lapang. Tak jarang juga Serangan dijadikan sirkuit offroad. Sangat sayang jika potensi sebersar pulau serangan hanya untuk offroad dan kafe remang remang pada malam harinya. Untuk ke depannya, Pulau serangan dapat diolah lagi seperti circuit Gilles Villeneuve Montreal, atau Abu Dhabi, sebuah ciruit yang hadir di sebuah pulau tersendiri.








Jika dirancang dengan maksimal, sirkuit Serangan akan bisa menghelat F1 dan Moto GP sekaligus, dengan jarak jadwal berinterval beberapa bulan tentu saja. Dan karena digelar di Pulau Bali, jadwal balapan F1 untuk sirkuit ini haruslah September, bukan Maret, pada bulan Maret ada kemungkinan bentrok dengan Nyepi dan terlalu dekat dengan jadwal Melbourne, mengingat turis Australia masih sebagai salah satu Turis mancanegara Bali terbesar bersanding dengan China dan Jepang.






5. Garuda Wisnu Kencana, Bali








GWK dibangun di kompleks bekas penambangan batu kapur. Berbukit bukit dengan tanah kapur pucat dan putih. Jika dibangun sirkuit di lahan area GWK. Garuda Wisnu Kencana akan maksimal mengembangkan potensinya. Selain sebagai salah satu pusat pariwisata.






6. Borobudur International Circuit, Magelang




Ide Sirkuit di Candi Borobudur pertama kali saya publikasikan sebagai tugas mata kuliah Studio Arsitektur semester 5, sekitar 5 tahun yang lalu. tidak hanya teman saja yang memberikan kesan pesimis pada proyek ini, namun beberapa dosen juga memperlihatkan hal yang kurang impresif.



==


“Ini kan cagar budaya warisan dunia dan bangunan keagamaan, masak akan dirusak dengan gemuruh balapan?”


==




Jadwal F1 di Borobudur ini nantinya tidak boleh bertabrakan dengan hari hari besar umat Budha, dan selama periode 3 hari balapan F1 digelar tidak boleh ada penonton yang menginjakkan kakinya/ duduk di area bangunan candi. Karena selain jauh dari view track, candi hanya sebagai simbol dan background balapan. Justru saat balapan berlangsung candi harus steril.








Sirkuit Borobudur akan menggunakan trek exsisting sekeliling candi yang sudah ada dan terbangun, yang sehari harinya dipakai pengunjung dan petugas pertamanan Candi untuk berkeliling kawasan Borobudur. Potensi itu sudah tersedia. Kita hanya akan menambahkan pit building , area paddock building serta penambahan minor pada beberapa tikungan.









Tantangan besar jika sirkuit ini benar-benar terwujud adalah Borobudur harus mengantongi ijin Unesco, serta ijin perwakilan dari seluruh umat Budha, bukan saja umat Budha di Indonesia, melainkan se-Asia Tenggara, mengingat Borobudur merupakan warisan kerajaan Sriwijaya yang saat itu luas kekuasaannya meliputi Sebagian besar wilayah Indonesia dan Malaysia ditambah Thailand, Philipina hingga Madagascar.




Kenapa harus Borobudur? Borobudur sekarang sudah agak terpuruk di kancah international. Pernah ditendang dari list 7 wonder, kunjungan ke Borobudur masih jauh di bawah Taj Mahal, apalagi Tembok Besar China. Dengan adanya F1 di sana, diharapkan Borobudur bisa lebih hidup dan bangkit kembali.




Dari segi karakter sirkuit, tentu saja kontur trek yang akan tercipta di Borobudur sangat menarik. Borobudur yang dulunya dikelilingi danau ini memiliki tanah berkontur atraktif, beberapa sisinya menggelembung secara alamiah. F1 Borobudur akan berkarakter mirip dengan Sirkuit Sao Paulo Brazil, sangat menantang. Sao Paulo sendiri disukai pembalap karena selepas tikungan 1 pembalap tidak hanya bermain traksi kontrol dan rem dengan perpaduan perpindahan gigi yang rumit, namun pembalap juga merasakan sensasi G-force menghelanyut serasa naik roller coaster. Siatuasi seperti itu akan bisa ditemukan juga di Borobudur Circuit.




Hari ini, Kawasan Candi Borobudur sendiri terbuka untuk umum sepanjang 364 hari sepanjang tahunnya. 1 hari untuk Waisak.


Jika dari 364 hari tersebut kita pinjam 3 harinya saja untuk event F1 dan 3 hari lagi untuk event MotoGP bukankah masih tersisa 358 hari bebas bagi wisatawan? Sebuah Big Deal, Dengan menyelenggarakan balapan di sana adalah suatu keuntungan tersendiri bagi Candi Borobudur, karena akan semakin berkibar dan populer di kacamata dunia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar