F1 dikenal sebagai puncak motorsport dunia, Menjadi tuan rumah F1 merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Hampir seluruh Negara besar dunia berlomba-lomba untuk mengikut-sertakan dirinya sebagai salah satu penyelenggara F1.
Kita tentu sudah mengenal RRC , AS, India dan Brazil yang merupakan contoh negara besar yang sudah dikunjungi F1. Negara besar lain yang belum memiliki kesempatan menghelat F1 hanya tersisa Russia dan Indonesia. Russia sendiri sudah melalui tahap penjajakan oleh Bernie Ecclestone.
Penduduk suatu Negara tidaklah harus dikumpulkan dahulu jumlah kuota minimal pencita F1nya berapa untuk menghadirkan F1. Seperti yang kita ketahui bersama, penggemar F1 di Indonesia tidaklah besar, namun tentu saja jauh lebih besar dibanding penggemar F1 seperti di Singapore atau Bahrain misalnya. Mereka sebagai negeri yang beratmosfer “hampa” saja dengan sukses bisa menggelar F1, kita harusnya lebih baik lagi.
F1 sendiri sejatinya bukanlah murni event olah raga, F1 adalah show bisnis, ini adalah sebuah pesta. Murni hanyalah ajang menghambur-hamburkan uang. Tua muda, besar kecil, penggemar non penggemar fanatik semua akan ikut larut dalam pesta akhir pekan F1.
Untuk menghelat even Internasional sekelas F1 tidaklah mudah, namun tidak juga terlalu sulit. Bernie Ecclestone – CEO Formula 1- pasti sudah mengetahui jika Indonesia adalah potensi pasar yang besar, namun dia sendiri tidak memiliki nafsu yang terlalu besar singgah ke Indonesia selama tidak ada pihak yang bervisi maksimal memperkenalkan potensi kita. Padahal potensi kita sungguhlah besar.
Sebenarnya kita tinggal mengumpulkan greget dan semangat upaya bersama agar F1 benar benar mengunjungi Indonesia.
Berikut syarat syarat menggelar F1.
1. Keamanan
2. Adanya Circuit dengan kualitas infrastruktur , fasilitas penunjang dan safety Grade A FIA
3. Mampu membayar kontrak yang ditawarkan Bernie (Bos Formula One)
Berapa sih besar biayanya?
Sebagai gambarannya, mari kita lihat contoh kasus untuk negara tetangga kita, Australia misalnya. Untuk mendatangkan sirkus F1 ke Albert Park, ternyata pemerintah Kota Melbourne harus membayar tiket sebesar USD 30 juta / tahun ke Bernie, bos F1
[1] — (setara Rp 330M dengan kurs 11000 per 1 Dollar).
Apakah untuk sebuah event internasional harga ini mahal? Tentu saja tidak mahal. Penjualan tiket saja untuk paket 3 hari jumat-sabtu-minggu paling murah 1,5 juta. Jika kita asumsikan 200.000 tiket sold out maka sudah BEP, padahal kapasitas maksimal sirkuit masih bisa didorong hingga 250-300 ribu orang. Sementara pendapatan dari sponsor belum dihitung. Bisnis ini benar benar akan menguntungkan.
Jadi, tidak serumit yang kita bayangkan sebelumnya bukan?
===
Di mana sajakah sirkuit sirkuit di Indonesia yang cocok untuk menggelar F1?
Pada dasarnya setiap jengkal tanah di Indonesia sangatlah cocok diciptakan sebagai sirkuit.Namun dalam hal ini kita harus mengeliminir daftar calon sirkuit menjadi 6 kandidat yang paling berpotensi.